Sengaja aku datang lebih cepat, karna aku tak mau Deni menunggu ku meskipun itu semenit.
Taxi yang ku pesan juga sudah siap untuk mengantar ku.
Aku tiba ditaman itu.
This is my first time setelah 4 tahun lalu aku tak datang ketaman untuk menunggu seseorang tapi karna Deni aku bisa mengalahkan kenangan itu.
Aku tiba ditempat itu jam 5 kurang 10.
Sebelum Deni datang, aku slalu berpikir apa yang akan dia berikan dan katakan?
Tapi aku tak berhasil menebaknya, karna tak sekali dua kali Deni memberikan aku kejutan termaksud hari ini.
Aku melihat jam ku sudah pukul 5:10 tapi Deni tbelum juga datang. Deni tak pernah seperti ini karna Deni slalu menghargai waktu.
"Mungkin saja dia terjebak macet atau dia tak dapat taxi" ujarku dalam hati.
Aku tetap menunggunya tapi kali ini perasaan ku semakin tak enak. Aku mulai mengkwatirkannya. Jarum jam sudah berada diangka 6, dia tak mungkin telat sejam, dia tak seperti ini kalau pun dia terlambat dia bisa menghubungi ku tapi dia tak lalakukan itu. Tak ada kabar darinya, hpnya juga mati.
Aku semakin kwatir, aku tak lagi memikirkan apa yang hendak dia katakan dan berikan pada ku, tanya ku menjadi "Apa yang sedang terjadi dengannya?"
Aku tetap menunggunya. Aku meyakinkan diriku kalau dia pasti datang.
Tak lama aku mendengar suara kaki berlari.
Tadinya aku yakin kalau itu suara kaki Deni tapi semakin mendekat aku ragu itu Deni.
Ya,, itu memang bukan Deni.
Dia supirnya Deni, mas Toni (aku tak pernah tau Deni punya supir).
"mbak Gege?" tanya mas itu.
"Iya. Ada apa ya mas?" tanya ku dengan heran.
"Saya supir mas Deni. Mas Deni meminta saya untuk menjemput mbak?" jawabnya.
"Dimana dia mas, kenapa harus menjemput ku, bukan kah dia menyuruh ku menunggu disini, knapa dia tidak mengabari ku, knapa mas yang harus menjemputku?" tanya ku dengan kesal.
"Mas Deni gak bisa menjemput mbak?" jawabnya dengan nada pelan.
"Knapa mas, Knapa?" teriak ku.
"Mas Deni sudah pergi mbak?" jawabnya dengan nada pelan kembali.
"Pergi? Pergi kemana mas? Apa maksudnya?" teriak ku kembali.
"Maaf mbak, aku tak bisa katakan sekarang, mas Deni hanya meminta ku untuk menjemput mbak?" jawabnya sambil mengajak ku ikut bersamanya.
Sepanjang perjalanan, aku tak berhenti bertanya apa yang sebenarnya terjadi, apa maksud Deni menyuruh supirnya untuk menjemput ku, knapa supirnya bilang kalau Deni sudah pergi, pergi kemana dia??
Aku tak berhenti bertanya, karna Deni tak pernah seperti ini, dia tak pernah membiarkan ku kwatir, sendiri dan merasa bingung.
Supir itu memberhentikan mobilnya disebuah rumah yang sangat besar, aku tak pernah kerumah itu sebelumnya. Supir itu mengajak ku masuk kedalam rumah itu. Dia bilang Deni ada disitu.
Tapi ucapan supir itu membuatku bertanya, knapa setiap aku bertanya tentang Deni, dia selalu menjawab dengan nada pelan? Perasaan ku semakin tak enak.
Aku masuk kerumah itu.
Aku melihat seorang ibu dan bapak sedang menangis, menangisi lelaki yang sedang berbaring. Siapa mereka, siapa lelaki yang berbaring itu, knapa mereka menangisinya?
Aku coba mendekatinya.
Jantung ku berhenti.
Tubuhku seketika melemah.
Nafas ku tak beraturan.
Lelaki itu Deni. Deni berbaring kaku, dia tak lagi bergerak, aku juga melihat jantungnya tidak mengembang kempis. Deni sudah pergi. Ya, Deni sudah pergi selamanya......
Deni bohong. Dia janji kalau dia tak akan pergi dari ku. Dia janji dia akan buat aku slalu bahagia dan percaya pada semuanya. Deni tak bisa tepati janjinya. Deni sudah Pergi!!
5 comments:
thankz ya..
sdh aq follow tu..
follow balik ya..^__^
ini kisah nyata bukan ya???:D
bagus.
slam kenal=)
cerita yang menarikk ..
salam kenal ..
kalau ada kesempatan berkunjung ke blogku juga yah ..
saya mau follow blognya yah ..
aduh, ini fiksi bukan ya?? kerenn, hhehee
ijin nge-flow ya non. :D
*Nova Miladyarti: thankz ya..
sebenarnya seh bkn kisah nyata
tp sedikit diambil dari pengalaman
*oPI: thankz..
ini fiksi tapi sedikit nyata jg..:)
silahkan..
Post a Comment